Sabtu, 25 Mei 2019

METODE PERAMALAN

METODE PERAMALAN

Definisi Peramalan
Definisi dari peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan data historis dan proses kalkulasi untuk memprediksikan sebuah proyeksi atas kejadian di masa datang. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan intuisi subjektif atau dengan model matematis yang disusun oleh pihak manajemen. (Heizer & Render, 2011).Pedapat lain dari buku Operation Management (Stevenson, 2011:72) peramalaan adalah masukan/input dasar dalam proses pengambilan keputusan dari manajemen operasi karena permalaan memberikan informasi dalam perimintaan dimasa yang akan dating. Salah satu tujuan utama dari manajemen operasi adalah untung menyeimbangkan antara pasokan/supply dan permintaan,dan memiliki perkiraan permintaan dimasa yang akan dating sangat penting untuk menentukan berapa kapasitas atau pasokan/supply yang dibutuhkan untuk menyeimbangi permintaan.

Manfaat Peramalan
Metode peramalan biasanya digunakan oleh bagian penjualan dalam melakukan perencanaan (sales planning) berdasarkan hasil ramalan penjualan, sehingga informasi peramalan dapat bermanfaat bagi Production Planning and Inventory Control (PPIC). Dimana peramalan memegang peranan penting, antara lain: (Hartini, 2011:18)
  1. Penjadwalan sumber-sumber yang ada,
  2. Peramalan pada tingkat permintaan untuk produk, material, tenaga kerja, finansial atau jasa adalah input penting untuk penjadwalan.
  3. Peramalan dibutuhkan untuk menentukan kebutuhan sumber-sumber di masa yang akan datang,
  4. Menentukan sumber-sumber daya yang diinginkan,
  5. Semua organisasi atau perusahaan harus menentukan sumber apa yang mereka inginkan untuk dimiliki pada jangka panjang.

Untuk mendapatkan rencana produksi yang tepat tentunya harus mempunyai perkiraan jumlah permintaan konsumen yang tepat. Jadi, peramalan merupakan titik awal yang sangat penting dalam perencanaan produksi.

Langkah-langkah Dalam Proses Peramalan
Menurut Stevenson dalam buku Operation Management (Stevenson, 2011 :74) ada 6 langkah dasar dalam proses peramalaan : 
  1. Tentukan tujuan dari permalaan. Bagaimana hasilnya akan digunakan dan kapan akan digunakaan, langkah ini akan memberikan indikasi akan tingkat detail yang dibutuhkan dalam peramalan, banyaknya sumber daya yang dibutuhkan, dan tingkat akurasi.
  2. Menentukan rentang waktu, semakin panjang rentang waktunya maka semakin berkurang akurasi dari permalaan.
  3. Pilih teknik/metoda forecasting
  4. Analisa dan rapihkan data, karena data yang tidak akurat mengurangi validasi dari hasil peramalan
  5. Buatlah Peramalaan
  6. Pantau hasil dari permalaan, hasil peramalaan harus diawasi dan dipantau untuk mengetahui apakah performanya memuaskan, jika tidak revisi lagi metoda/teknik yang digunakan, uji lagi validitas dari data yang digunakan.


Metode Peramalan
Melakukan  aktivitas  peramalan  perlu  didasari  dengan  metode  yang tepat dan terstandarisasi, hal ini dilakukan untuk dapat memberikan proyeksi masa    depan    yang    jelas    dan    dapat    dipertanggung    jawabkan    dasar pemikirannya.  Dengan dasar pemikiran atas proyeksi peramalan yang jelas, pihak manajemen dapat menggunakan dasar pemikiran tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna untuk mengantisipasi skenario kejadian
di masa depan.

Gambar : Metode peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render

Sumber : Heizer & Render (2011)


Kualitatif

Metode peramalan  yang bersifat subyektif,  karena dipengaruhi  oleh faktor-faktor  seperti  intuisi,  emosi,  dan  pengalaman  seseorang.  Heizer  & Render (2011:139) mengklasifikasikan  peramalan kualitatif dalam beberapa metode, yaitu:

1. Juri dari opini eksekutif
Pada   metode   ini   data   diperoleh   dengan   mengambil   pendapat   dari sekelompok manajer level puncak dan seringkali dikombinasikan  dengan model-model statistik untuk menghasilkan estimasi permintaan kelompok.
2. Metode Delphi
Teknik peramalan dengan menggunakan proses sebelum membuat peramalannya. Dalam metode ini karyawan menggunakan teknik menyebarkan  kuesioner kepada para responden dan hasil survei tersebut dijadikan sebagai pengambilan keputusan sebelum peramalan dibuat.
3. Gabungan Tenaga Penjualan
Dalam pendekatan ini, setiap tenaga penjualan mengestimasi jumlah penjualan yang dapat dicapai diwilayahnya. Kemudian ramalan ini dikaji kembali untuk memastikan apakah peramalan cukup realistir dan dikombinasikan pada tingkat wilayah dan nasional untuk memperoleh peramalan secara menyeluruh.
4. Survei Pasar Konsumen
Metode ini meminta masukan dari konsumen mengenai rencana pembelian mereka dimasa depan. Survei konsumen ini dapat dilakukan melalui percakapan informal dengan para konsumen.

Kuantitatif
Heizer & Render (2011:139) menjelaskan bahwa metode forecast dilakukan dengan menggunakan model matematis yang beragam dengan data historis yang terkait dengan peramalan dan variabel sebab akibat untuk meramalkan  permintaan.  Metode peramalan kuantitatif juga dibagi menjadi dua  jenis,   yaitu  Time   Series   Forecasting   dan   Associative   Forecasting Method.

1. Time Series Forecasting
Time series method merupakan analisis deret waktu yang terdiri dari trend, seasonal, cycle, dan random variation. Analisis deret waktu ini sangat tepat dipakai  untuk  meramalkan  permintaan  yang  pola  permintaan  di  masa lalunya  cukup  konsisten  dan  akurat  dalam  periode  waktu  yang  lama.

2. Associative Forecasting Method
Jenis  kedua  dari metode  forecast  yang  bersifat  kuantitatif  menurut Heizer  &  Render  (2011:158)  yaitu  metode  asosiatif  atau  kausal.  Tidak seperti time series forecasting, model peramalan asosiatif mengasumsikan hubungan antara variabel terikat dan beberapa variabel bebas yang terkait dengan peramalan. Model peramalan asosiatif kuantitatif yang umum digunakan adalah analisis regresi linear. Model sistematis yang digunakan pada analisis regresi linear adalah dengan menggunakan  metode kuadrat terkecil  dari  proyeksi  tren  yang  dilakukan  pada  analisis  regresi  linear.

Karakteristik Peramalan Menurut Nasution (1999), peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria, antara lain akurasi, biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari ketiga kriteria tersebut adalah sebagai berikut.
  • Akurasi

Pengertian akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan hasil kebiasaan dan kekonsistensian peramalan tersebut. Apabila hasil peramalan dikatakan bias, peramalan tersebut terlalu tinggi atau rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Selanjutnya hasil peramalan dikatakan konsisten, apabila kesalahan peramalan relatif kecil. Kondisi peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi dengan segera. Hal itu akan berdampak di perusahaan serta besar kemungkinan kehilangan pelanggan dan keuntungan dari penjualan. Sebaliknya, apabila peramalan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak modal yang terserap dan terbuang. Keakuratan dari hasil peramalan akan berfungsi menyeimbang-kan persediaan yang ideal.
  • Biaya

Biaya yang dbutuhkan dalam pembuatan peramalan bergantung pada jumlah item/jenis yang diramalkan, jangka waktu peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan memengaruhi terhadap data yang dibutuhkan. Selain itu juga akan bergantung pada cara pengolahan data (manual atau komputerisasi), cara penyimpanan data, dan tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat, misalnya item-item yang penting akan diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. Oleh karena itu, Buffa (1966) menjelaskan bahwa metode yang lebih canggih tidak menjamin memperoleh hasil yang lebih akurat daripada metode yang lebih sederhana, lebih mudah diterapkan, dan lebih murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari hukum Pareto (Analisis ABC).
  •  Kemudahan

Penggunaan metode peramalan yang sederhana mudah dibuat dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Apabila memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumber daya manusia, dan peralatan teknologi merupakan hal yang percuma.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar